Saat rumah tangga kita diuji bukankah lebih baik kita saling memahami
Sebuah bangunan rumah tangga, kita cita-citakan berjalan dengan baik dan harmonis. Mendapatkan anugerah keturunan yang sholeh dan sholihah, serta berkecukupan biaya hidup. Tak ada prahara dan masalah mendera hingga kakek nenek.
Namun manusia hanya bisa berusaha, karena tak selamanya kita akan hidup di bawah kebahagiaan dan kecukupan. Ada saatnya hidup kita terasa begitu perih dan menyakitkan. Begitu pula dalam hidup berumah tangga. Ada saatnya seorang istri berselisih paham dengan suaminya. Ada saatnya sebuah keluarga mengalami masa yang begitu menyulitkan.
Karena kehidupan kita bukanlah berdasarkan cerita fiktif atau dongeng Cinderella. Saat ini kita hidup di dunia nyata. Di mana para Nabi dan Rasul serta Para Shahabiyah pun mengarungi rumah tangganya dengan penuh ujian.
Ingatkah kita pada kisah nabi Luth yang diuji dengan istrinya yang durhaka?
Ingatkah kita pada kisah nabi Zakaria dan istrinya yang diuji dengan belum memiliki buah hati puluhan tahun?
Atau ingatkah kita pada kisah nabi Ayyub yang diuji dengan habisnya hartanya?
Lalu bagaimana dengan kisah Asiyah yang Allah uji dengan suami sekejam Fir’aun?
Dan, ingatkah kita pada kisah Fatimah yang diuji dengan kehidupan yang Faqir?
Benarkah ujian kita lebih berat dari mereka? Bukankah dunia ini memang tempat untuk diuji? Jika kita lihat lebih luas, ada banyak kisah rumah tangga yang lebih menyayat hati dibandingkan dengan ujian rumah tangga kita.
Ada yang baru 9 bulan menikah sang suami harus pergi menghadap Sang Pencipta, padahal rona-rona cinta baru saja bermekaran.
Ada yang belasan tahun bersabar terhadap suaminya yang tak pernah menafkahi secara lahir dan batin, sehingga si istri harus kerja keras banting tulang demi menghidupi anak-anaknya.
Ada yang memiliki suami yang baik dan anak-anak yang lucu, namun harus melewati hari-hari penuh perjuangan agar tetap ada atap untuk berteduh dan ada makanan untuk anak-anaknya.
Ada pula yang diuji dengan suaminya yang sakit parah, dan si istri selain berusaha mencari penghasilan juga harus merawat suami dan anak.
Setiap orang akan diuji sesuai dengan tingkat keimanannya. Ingatlah, bukan hanya rumah tangga kita yang sedang diuji. Tapi, masih ada jutaan manusia yang sedang diuji pula dengan kehidupan rumah tangganya. Maka bersyukurlah, barangkali kisah hidup kita lebih baik dari kisah hidup orang lain.
Semoga bermangfaat