Jumat, 09 Desember 2016

SUBHANNALLOH...!!! Pasangan Anda Sulit Hamil? Cobalah Konsumsi Buah Warisan dari Kanjeng Sunan Muria Ini


Waktu berziarah di makam Sunan Muria di Kudus, peziarah bakal menjumpai beberapa pedagang yang menjual buah parijoto di kompleks wisata religi itu. Buah dengan warna ungu kemerah-merahan waktu masak itu di jual dengan harga Rp 15. 000-Rp 20. 000. 

Buah itu memiliki ukuran cukup kecil serta menggerombol dalam tiap-tiap tangkainya. Rasa buahnya asam bercampur dengan sepat. Konon bila wanita hamil makan buah itu jadi anak yang dilahirkan dapat wajahnya tampan atau cantik dengan kulit putih serta halus. Demikian halnya untuk pasangan yang belum mempunyai anak. Dengan mengkonsumsinya, diakui bisa selekasnya memiliki momongan. 


 " Buah ini diakui bisa bikin sang jabang bayi cakap waktu dilahirkan. Parijoto adalah tanaman peninggalan atau warisan Sunan Muria, " kata Ketua Paguyuban Orang-orang Pelindung Hutan (PMPH) Pegunungan Muria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Muhamad Sokib Garno Sunarno, Selasa (19/7/2016). 

Diluar itu, parijoto juga diakui bisa mengobati beragam penyakit, diantaranya sariawan, diare, serta cholesterol. 

Parijoto, kata dia, adalah tanaman yang tumbuh di lereng-lereng pegunugan serta di rimba yang ada di ketinggian 800-2. 300 mtr. diatas permukaan laut. Di Pegunungan Muria Kudus, parijoto banyak tumbuh di ketinggian sekitaran 1600 mtr. diatas permukaan laut. 



Tetapi, sekarang ini, parijoto telah dibudidayakan sebagai tanaman hias lantaran bentuk buahnya yang cukup menarik dengaa warna mencolok. Tanaman yang termasuk juga type perdu dengan nama latin Medinilla Speciosa dan Anggur Asia (Showy Asian Grapes) itu adalah primadona Pegunungan Muria, Kudus. 

 " Tak ada saat spesifik untuk panen parijoto. Buah ini bisa dipanen setiap waktu, " tambah Sokib. 

Parijoto yang ditanam di hutan rakyat Pegunungan Muria itu dikelola warga setempat. Ada sekitar lima petani yang mengelola tanaman yang ada di tempat seluas dua hektare itu. 

Menurut dia, parijoto adalah satu di antara tanaman yang membawa dirinya mencapai Kalpataru 2016 pada kelompok Pembina Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup serta Kehutanan. Ia akan terima penghargaan tersebut di Siak, Riau dari Presiden Joko Widodo. 
Terkecuali melindungi kearifan lokal dengan melestarikan tanaman parijoto, ia juga dinilai sukses membina orang-orang sekitaran untuk berbarengan melestarikan rimba. Terkecuali membuat Paguyuban Orang-orang Pelindung Rimba, ia juga membuat Grup Sadar Wisata (Pokdarwis) Colo untuk mengelola potensi wisata dan ekonomi yang ada di lereng Muria itu. 

Kalpataru adalah penghargaan di bagian lingkungan hidup yang didapatkan pemerintah Republik Indonesia pada individu atau grup yang dinilai sudah berperan besar pada pengelolaan serta perlindungan lingkungan hidup. Ada empat kelompok penerima penghargaan kalpataru, yakni perintis lingkungan, pengabdi lingkungan, penyelamat lingkungan, serta pembina lingkungan. 

Untuk kelompok Pembina Lingkungan diberikan pada entrepreneur atau tokoh orang-orang yang menghidupkan kesadaran lingkungan serta peran orang-orang temukan tehnologi baru ramah lingkungan. 

Back To Top