Pikiran tidak bisa dibendung. Ia mengembara ke mana suka. Dalam pengembaraan ini setan ikut menemani perjalanan. Ia menggiring secara perlahan pengembaraan pikiran orang beriman sampai ke batas keraguan. Awalnya orang beriman diajari pertanyaan “siapa pencipta alam?”, sampai tidak terasa datang pertanyaan “siapa pencipta Allah?”
Kalau pengembaraan pikiran sudah sampai pertanyaan di atas, Rasulullah SAW menahan kita untuk berhenti di sini. Beliau meminta kita untuk membaca ta‘awudz agar Allah menyelematkan keimanan kita dari pelbagai sangkaan-sangkaan kosong belaka.
Karenanya Rasulullah SAW meminta kita untuk membaca doa berikut ini sebanyak tiga kali.
Âmannâ billâhi wa birusulihi
Artinya, “Kami beriman kepada Allah dan para rasul-Nya.”
Sementara sebagian ulama menganjurkan agar kita memperbanyak baca lafal tahlil ketika berwudhu, shalat, dan ibadah serupa keduanya.
Selain itu kita dianjurkan untuk mencari aktivitas yang mendatangkan kegembiraan. Karena setan tidak suka dengan kegembiraan orang beriman. Anjuran ini dikutip Imam An-Nawawi dari Risalah Qusyairiyah karya Imam Al-Qusyairi.
Ibnu Abbas RA dengan senyum berkomentar bahwa tiada satu orang pun yang lepas dari gangguan keraguan seperti ini. Ibnu Abbas RA menganjurkan kepada salah seorang sahabatnya yang mengalami guncangan keraguan seperti ini dengan membaca Surat Al-Hadid ayat tiga sebagai berikut
Artinya, “Dialah Allah yang awal dan akhir, yang lahir dan bathin. Dia mengetahui segala sesuatu.”
Menurut Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar, keraguan keimanan akibat gangguan setan seperti ini justru menghinggapi orang yang memiliki keimanan yang mantap. “Karena pencuri tidak akan memasuki rumah yang sudah runtuh.”
Di samping itu, kita juga perlu memperdalam tauhid. Kita perlu mencari majelis taklim yang membaca kitab-kitab tauhid seperti Fathul Majid, Tijanud Darari, Kifayatul Awam, dan Al-Iqtishad fil I’tiqad, dan kitab tauhid Ahlussunnah wal Jamaah lainnya